Kelompok Tani Ternak Salira Leuwiseeng – Setiap malam Ahad (Minggu), saya terbiasa keluar rumah, karena itulah jadwal ronda saya.
Kegiatan Ronda Malam di Kampung Leuwiseeng Desa Sukaherang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya ini adalah mulai dari pukul 22.00 WIB sampai dengan pukul 03.00 WIB pagi harinya.
Malam itu (Sabtu, 10 Maret 2018), sambil melaksanakan aktifitas Ronda Malam, saya banyak ngobrol berkomunikasi dengan Mang Hoer di Warungnya. Mang Hoer adalah satu-satunya pemilik suatu Warung di kampung Leuwiseeng yang berani buka sampai dengan larut malam.
Saya membahas / ngobrol / ngabako hal rencana kelompok tani ternak saya yang akan merambah usaha ke Budidaya Belut.
Maka terjadilah obrolan, dialog dan semacamnya antara saya, dan juga teman ronda saya (Mang Endang) dengan Mang Hoer – obrolan tersebut bertempat di Warung Mang Hoer Sendiri yang biasa buka tiap hari dari pagi sampai malam jam 2 pagi, dengan gantian jaga bersama istrinya.
Kebetulan, mang Hoer adalah seorang yang Hobby mencari Ikan belut di sawah ketika pada usia muda nya dulu. Mang Hoer mencari dan mengambil belut sawah tersebut adalah dengan cara di urek (Sunda) dan di damar / di obor (Sunda), maka tidak heran jika dia memiliki banyak pengetahuan yang lumayan mumpuni tentang dunia Ikan Licin yang satu ini.
Alhamdulillah, Inti dari pembicaraan belut tersebut, menjadi membuahkan beberapa tambahan ilmu baru bagi saya tentang Dunia Belut, yang Insya Alloh akan saya dan anggota terapkan pada suatu saat ke depan di Kelompok Tani Ternak Salira.
Inilah Keilmuan-Keilmuan tentang belut yang di bagikan oleh Mang Hoer kepada saya:
1. Tempat Hidup Belut paling Ideal adalah di Tumpukan Jerami yang bercampur dengan lumpur (catatan, Jerami yang dimaksud disini adalah jerami yang sudah layu, yang sudah tidak bau busuk karena jerami tersebut sudah melewati proses fermentasi yang sempurna), dan itu bisa didapat langsung dari Kandang Kerbau, tinggal minta saja ke yang punya Ternak Kerbau, kata Mang Hoer. Jadi, intinya Jerami bekas yang sudah tak terpakai dari kandang kerbau tersebut bagus untuk belut, karena akan mudah menumbuhkan banyak cacing (makanan utama belut) ketika dicampur dengan lumpur dan sedikit air yang mengalir nantinya.
2. Kolam Belut terbaik adalah dari Kolam Semen. Ya seluruh kolam harus di semen permukaannya dan bahkan lantai kolamnya agar belut tidak bisa kabur.
3. Tinggi media (jerami + lumpur) + air adalah total 20 cm (Maksudnya jarak antara paralon air masuk ke dasar kolam yang disemen adalah cukup hanya 20 cm saja). Jadi 15 cm untuk media (jerami + lumpur) lalu yang sisanya 5 cm untuk air mengalir yang ada tanaman Eceng Gondoknya. Dengan adanya air yang terus mengalir (walau debitnya kecil), maka itu bisa mencegah agar lumpur dan jerami tidak bau.
4. Jarak antara bibir air dengan tinggi pinggir tembok adalah 80 cm (ini agar belut tidak bisa kabur ke luar kolam yang telah kita tentukan)
5. Jangan lupa dibuatkan semacam galengan yang menyerupai galengan sawah (yang kita buat dari tanah lumpur campur jerami tersebut). Dimana pada galengan tersebut ada daerah yang keringnya (tidak kena air), itu berfungsi untuk tempat Mijah / Pemijahan Belut. Karena belut akan menyimpan telur-telur nya di pematang galengan tersebut, ditempat yang hampir tidak kena air atau kena air tapi sangat sedikit. Jadi induk betina belut tidak menyimpan telur-telur mereka didalam air, mereka menyimpannya di dekat lobang yang aman (menurut belut) yang biasanya tidak terendam air, tapi hanya becek saja.
6. Budidaya Cacing Tanah yang nantinya difungsikan untuk makanan pokok / pakan utama yang alami untuk belut adalah wajib dikuasai ilmu nya dan praktek nya, jangan sampai kita terus-terusan mencari cacing tanah secara manual di alam / ke rawa-rawa atau ke hutan, Itu sangat tidak bagus (untuk usaha yang dibawa serius). Maka meng-usahakan BISA dalam budidaya cacing tanah adalah wajib dikuasai oleh peternak budidaya belut ini.
Itukah yang bisa saya tangkap dari pembicaraan semalam dan demikianlah yang bisa saya sampaikan. Terimakasih. (Pipih Pirmansyah)